Menghapus Stigma, Menghargai Jasa Petugas Cleaning Service Dalam Suasana Hari Buruh

Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional, hari ini bisa jadi momen untuk menghargai kerja keras jutaan pekerja yang menopang kehidupan sehari-hari kita. Namun di balik perayaan dan orasi, ada satu kelompok pekerja yang kerap luput dari perhatian umum seperti para cleaning service.

Mereka hadir setiap pagi sebelum kantor ramai, atau tetap bekerja saat yang lain pulang. Tapi meski peran mereka penting, apresiasi yang diberikan masih jauh dari layak—baik secara sosial maupun ekonomi.

Cleaning Service Profesi yang Vital tapi Tak Terlihat

Di kantor, rumah sakit, sekolah, bahkan gedung pemerintahan—ruang-ruang bersih yang kita nikmati adalah hasil kerja tim cleaning service. Mereka membersihkan toilet, menyapu debu, mengelap kaca tinggi, hingga membuang sampah berbahaya. Namun, seringkali pekerjaan ini dianggap sebagai “pekerjaan kelas bawah”.

Bukan hanya soal gaji, tetapi juga stigma sosial yang melekat bahwa pekerjaan ini tidak membutuhkan keterampilan, atau hanya untuk mereka yang “tidak punya pilihan hidup lain”. Padahal kenyataannya, profesi ini menuntut kedisiplinan, kekuatan fisik, ketelitian, hingga pemahaman tentang keselamatan kerja dan penggunaan bahan kimia.

Menghapus Stigma, Menumbuhkan Hormat

Hari Buruh seharusnya bukan hanya tentang buruh pabrik atau pekerja kantoran. Ini adalah momen refleksi untuk menghapus hierarki sosial atas profesi. Tidak ada pekerjaan yang “rendahan” selama itu dilakukan dengan jujur dan berdampak bagi orang lain.

Kita bisa mulai dari hal sederhana:

  • Menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada petugas kebersihan di tempat kerja.
  • Tidak meremehkan profesi ini dalam percakapan sehari-hari atau di media sosial.
  • Memastikan tempat kerja memberi hak yang adil: gaji, cuti, dan jaminan keselamatan.

Cleaning Service Adalah Garda Depan Kebersihan

Ingat pandemi COVID-19? Kejadian ini menjadi bukti kuat bahwa petugas kebersihan adalah bagian dari garda terdepan dalam menjaga kesehatan publik. Mereka bertugas mensterilkan ruang-ruang publik, menangani limbah medis, dan memastikan kebersihan tetap terjaga di tengah ancaman virus. Ironisnya, saat perhatian dunia tertuju pada pentingnya kebersihan, para cleaning service masih harus menghadapi risiko tinggi dengan perlindungan yang minim.

1 Mei bukan sekadar hari libur nasional. Ini adalah panggilan untuk perubahan cara pandang terhadap buruh dan pekerja dari semua lini, termasuk mereka yang bekerja dalam diam, di balik lantai yang mengilap dan ruang kerja yang nyaman.

Penghargaan bukan selalu soal upah, tapi juga soal martabat. Sudah saatnya kita memulihkan martabat profesi cleaning service, memberi ruang bagi mereka untuk berkembang, dan mengakui pentingnya pekerjaan mereka bagi kehidupan kita semua.

Mari kita perluas makna solidaritas. Bukan hanya memperjuangkan hak-hak pekerja, tapi juga menghapus stigma terhadap profesi yang selama ini berada di “kelas belakang”. Karena sesungguhnya, tidak ada kemajuan tanpa kebersihan—dan tidak ada kebersihan tanpa jasa mereka. Tim cleaning service MultiClean Indonesia selalu bekerja dengan profesional, mari hormati apa pun profesi orang dimana pun berada.

Leave a Reply